Sebagai manusia,
sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna oleh
Allah dimuka bumi ini, kita semua tentulah punya keinginan berbuat baik untuk orang lain. Ingin membuat orang senang
dengan apa yang kita lakukan. Tapi tak semua orang bisa melakukannya dengan
benar. Karena dari setiap orang berbeda
pula cara melakukannya.
Kadang keinginan kita
untuk berbuat baik itu, sering kali hanya menjadi keinginan semata tanpa ada
tindakan. Dan ini justru bisa jadi disebabkan oleh karena hal yang sepele, yaa… hal yang sepele
yaitu ……..karena kita ingin melakukannya dengan sempurna. Cerita berikut ini
mungkin sedikit bisa mewakili apa yang diungkapkan diatas.
Pernah suatu ketika…..
saya yang ketika itu masih kuliah sedang menumpang bus mahasiswa yang membawa
kami menuju kampus. Bus yang sehari-hari
selalu mengangkut penumpang sampai penuh hingga berjejal sampai ke pintu
seperti halnya bus-bus di Jakarta ketika jam kerja.
Hari itu saya memang
sedikit beruntung bisa mendapat tempat duduk di deret kedua dari belakang.
Karena deret tersebut sejajar dengan pintu belakang, maka tempat duduk itu
bukan lagi jadi tempat yang nyaman karena banyak sekali orang yang berdiri dan
berdesakan.
Sekilas saya melihat
salah seorang teman sekelas, perempuan, sambil mengapit tasnya, ikut berdiri
dan berdesakan didekat pintu tersebut. Ketika saya sedang memperhatikannya,
ternyata ia pun menyadari keberadaan saya. Namun, walaupun ia berada dalam posisi
yang kurang menguntungkan, ia tidak berusaha meminta agar diberikan tempat
duduk untuknya, sebagaimana yang sering dilakukan mahasiswi-mahasiswi lainnya.
Awalnya, saya berniat
untuk bertukar tempat dengannya, namun ketika hendak berdiri, kusadari ada seorang
ibu yang bertubuh agak besar, yang berdiri merapat dan menutupi jalanku.
Pikirku saat itu, ah… kalau saya berdiri, tak mungkin sang teman tersebut akan
mendapatkan tempat duduk ini, karena pastilah ibu itu yang akan merebutnya.
Kebimbangan yang akhirnya membuatku tetap duduk ditempat semula.
Tapi tahukah perasaan
apa yang saya rasakan kemudian???. Sepanjang perjalanan perasaan menjadi tidak
enak, gelisah, dan tempat duduk itu terasa menjadi tidak nyaman lagi. Hati ini
kemudian menyalahkan kenapa ibu tersebut ada didekatku. Padahal kalau tidak,
saya pasti akan memberikan tempat duduk tersebut pada sang teman tersebut.
Setelah saya turun dari
bus, ketika saya mulai bisa berfikir kembali secara jernih, saya baru menyadari
betapa bodohnya diri ini, dan betapa sempitnya cara berfikir ketika itu.
Mengapa tak saya berikan saja tempat duduk tersebut pada ibu tersebut dan bisa
saja saya akan bisa mengobrol dengan sang teman tersebut diperjalanan. Pastilah
ia takkan keberatan kursi itu jadi milik ibu tersebut, karena bisa jadi
sekarang ia akan punya temen mengobrol sepanjang perjalanan walaupun harus
berdiri.
Yach……. Kenapa bisa
saya berfikir pendek seperti tadi itu. Karena bukankah seharusnya saya bisa
menikmati perjalanan ini dengan lebih baik, tak perlu ada perasaan tak enak
itu, dan tidak perlu pula mengomel dengan keberadaan ibu tersebut.
Sahabat……….. begitulah memang kadang diri kita. Kita
ingin berbuat baik, menyenangkan orang lain, tapi kadang kita ingin
melakukannya dengan sempurna. Kita ingin apa yang kita lakukan akan berjalan
sesuai dengan yang kita inginkan. Kita ingin
hasilnya haruslah dirasakan oleh orang ingin yang kita bantu. Akan
tetapi…. kadang dengan sikap yang demikian, justru kita akan kehilangan kesempatan
untuk berbuat baik. Karena bisa jadi justru sikap kita tersebut akan membuat
kita kehilangan moment untuk melakukannya, karena pastilah….. tak selalu
semuanya akan berjalan dengan sempurna.
So…. ketika kesempatan
berbuat baik itu datang ……. ………jangan biarkan moment itu berlalu……. dan jangan
pula tunggu sampai semuanya sempurna…….
Karena bisa jadi …… kalau kita melewatkannya lagi……. belum tentu
kesempatan itu akan datang kembali …………….
Satu bintang kecil di
penghujung malam
Ketika kerlipannya
menyapaku ………………
Romie,
Mencoba
mengingat saat bodohku dahulu
0 komentar:
Posting Komentar