Senin, 10 Februari 2014

Jangan Tunggu Sampai Sempurna

Sebagai manusia, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk yang diciptakan paling sempurna oleh Allah dimuka bumi ini, kita semua tentulah punya keinginan berbuat baik  untuk orang lain. Ingin membuat orang senang dengan apa yang kita lakukan. Tapi tak semua orang bisa melakukannya dengan benar.  Karena dari setiap orang berbeda pula cara melakukannya.
Kadang keinginan kita untuk berbuat baik itu, sering kali hanya menjadi keinginan semata tanpa ada tindakan. Dan ini justru bisa jadi disebabkan oleh  karena hal yang sepele, yaa… hal yang sepele yaitu ……..karena kita ingin melakukannya dengan sempurna. Cerita berikut ini mungkin sedikit bisa mewakili apa yang diungkapkan diatas. 

Pernah suatu ketika….. saya yang ketika itu masih kuliah sedang menumpang bus mahasiswa yang membawa kami menuju kampus.  Bus yang sehari-hari selalu mengangkut penumpang sampai penuh hingga berjejal sampai ke pintu seperti halnya bus-bus di Jakarta ketika jam kerja.
Hari itu saya memang sedikit beruntung bisa mendapat tempat duduk di deret kedua dari belakang. Karena deret tersebut sejajar dengan pintu belakang, maka tempat duduk itu bukan lagi jadi tempat yang nyaman karena banyak sekali orang yang berdiri dan berdesakan.
Sekilas saya melihat salah seorang teman sekelas, perempuan, sambil mengapit tasnya, ikut berdiri dan berdesakan didekat pintu tersebut. Ketika saya sedang memperhatikannya, ternyata ia pun menyadari keberadaan saya. Namun, walaupun ia berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, ia tidak berusaha meminta agar diberikan tempat duduk untuknya, sebagaimana yang sering dilakukan mahasiswi-mahasiswi lainnya.
Awalnya, saya berniat untuk bertukar tempat dengannya, namun ketika hendak berdiri, kusadari ada seorang ibu yang bertubuh agak besar, yang berdiri merapat dan menutupi jalanku. Pikirku saat itu, ah… kalau saya berdiri, tak mungkin sang teman tersebut akan mendapatkan tempat duduk ini, karena pastilah ibu itu yang akan merebutnya. Kebimbangan yang akhirnya membuatku tetap duduk ditempat semula.
Tapi tahukah perasaan apa yang saya rasakan kemudian???. Sepanjang perjalanan perasaan menjadi tidak enak, gelisah, dan tempat duduk itu terasa menjadi tidak nyaman lagi. Hati ini kemudian menyalahkan kenapa ibu tersebut ada didekatku. Padahal kalau tidak, saya pasti akan memberikan tempat duduk tersebut pada sang teman tersebut.
Setelah saya turun dari bus, ketika saya mulai bisa berfikir kembali secara jernih, saya baru menyadari betapa bodohnya diri ini, dan betapa sempitnya cara berfikir ketika itu. Mengapa tak saya berikan saja tempat duduk tersebut pada ibu tersebut dan bisa saja saya akan bisa mengobrol dengan sang teman tersebut diperjalanan. Pastilah ia takkan keberatan kursi itu jadi milik ibu tersebut, karena bisa jadi sekarang ia akan punya temen mengobrol sepanjang perjalanan walaupun harus berdiri.
Yach……. Kenapa bisa saya berfikir pendek seperti tadi itu. Karena bukankah seharusnya saya bisa menikmati perjalanan ini dengan lebih baik, tak perlu ada perasaan tak enak itu, dan tidak perlu pula mengomel dengan keberadaan ibu tersebut.
Sahabat………..   begitulah memang kadang diri kita. Kita ingin berbuat baik, menyenangkan orang lain, tapi kadang kita ingin melakukannya dengan sempurna. Kita ingin apa yang kita lakukan akan berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Kita ingin  hasilnya haruslah dirasakan oleh orang ingin yang kita bantu. Akan tetapi…. kadang dengan sikap yang demikian, justru kita akan kehilangan kesempatan untuk berbuat baik. Karena bisa jadi justru sikap kita tersebut akan membuat kita kehilangan moment untuk melakukannya, karena pastilah….. tak selalu semuanya akan berjalan dengan sempurna.
So…. ketika kesempatan berbuat baik itu datang ……. ………jangan biarkan moment itu berlalu……. dan jangan pula tunggu sampai semuanya sempurna…….  Karena bisa jadi …… kalau kita melewatkannya lagi……. belum tentu kesempatan itu akan datang kembali …………….  

Satu bintang kecil di penghujung malam
Ketika kerlipannya menyapaku ………………

Romie,
Mencoba mengingat saat bodohku dahulu

0 komentar:

Posting Komentar

 

Bashiirah online

Website Pajak

Muslim.Or.Id