Malam itu, jam dinding sudah menunjukkan
pukul jam 12 malam. Saat saya merebahkan diri untuk beristirahat. Waktu yang sudah terlalu malam
untuk tubuh ini terus terjaga. Tiba-tiba deringan di handphone itu membangunkan.
Malas sekali rasanya untuk bangun, karena bisa jadi itu hanya temen yang
seperti biasa iseng miscall yang gak tau tujuannya apa. Tapi terpikir juga bisa
jadi ini adalah suatu hal yang penting, yang saya harus tahu saat itu juga.
Saya melirik tulisan yang muncul dihandphone,
ternyata telepon itu bukan dari keluarga yang nun jauh disana, tetapi dari
salah seorang teman sekantor. Ia mencoba menanyakan tentang golongan darah yang
saya miliki. Saya jawab apa adanya kalau golongan darah saya AB. Dia kemudian
menceritakan kalau salah seorang pegawai di kantor saat ini sedang kritis dan
sedang membutuhkan darah yang ternyata golongan darahnya sama denganku… AB.
Ia menanyakan apakah apakah saya bersedia
menyumbangkan darah buat teman yang sakit tersebut ??. Apa??…. Menyumbang darah ??, dan diambil
dengan jarum ??.... Seumur-umur belum
pernah saya melakukan ini. Jangankan diambil darah ini, dipasang infus ataupun
disuntik untuk berobat pun adalah sesuatu hal yang kalau bisa jangan pernah
saya alami lagi. Benda bernama Jarum Suntik itu adalah termasuk hal yang paling
menakutkan buat saya. Jangankan berhubungan dengan benda tersebut, berada di
lingkungan rumah sakit pun, saya sungguh tidak nyaman ada disana.
Kemudian saya berfikir lagi. Siapa sih
yang harus saya tolong ini??..... Hmm…
ternyata dia bukanlah seorang teman dekat, ia adalah pegawai satu kantor yang
kalau saya bertemu dengannya pun sepertinya ia enggan untuk menyapa. So…. apa
saya harus melakukan ini??? …….
Jadi bagaimana ??.... tanya temanku tak
sabaran. Baiklah…. Saya menjawab dengan tidak yakin. Tapi kemudian … ketika
saya mulai bisa sedikit tenang, saya mulai berfikir, hei… kenapa saya tak coba
melakukan ini. Mungkin ini akan menyakitkan, tapi kalau ini bisa menyelamatkan
nyawa orang lain, kenapa saya harus menghindar???.... Yach…menyelamatkan nyawa orang lain….. hanya
itu tekad saya saat itu.
Tak lama kemudian saya dijemput menuju
PMI, dan disana saya sudah melihat banyak teman-teman lain yang sudah berkumpul
dan beberapa diantaranya ikut menyumbangkan darahnya.
Dengan perasaan was-was, saya mencoba
melihat apa terjadi pada saat pengambilan darah tersebut. Dan perasaan ini
semakin tak menentu ketika melihat yang terjadi. Suster menusukkan jarum
sebesar itu ke lengan donor….. dan 15 menit kemudian, ia kemudian keluar
membawa 1 kantong darah ??.....
Apa???....... satu kantong
darah???........ sebanyak itu diambil dari tubuh kita ???...... Tubuh ini makin
lemas melihat pemandangan itu. Saya
harus melakukan ini untuk orang yang tidak begitu familiar denganku?? …..
Keraguan itu kembali menggelayuti benak ini.
Tapi kemudian keberanian itu muncul
kembali, dan.tekad itupun hadir lagi. Yach…. Saya harus bisa ….. kalau bukan saat ini ….kapan lagi saya
menjadi berani??....pikirku kemudian. Bisa jadi inilah saat Allah menguji.
Berikan suatu moment dan kesempatan untuk membuktikan apakah saya bisa ikut
berbuat untuk orang lain. Yach…. Terlalu sayang … jika kesempatan ini saya
biarkan terlewat begitu saja.
Sekitar 15 menit berselang, akhirnya
selesai juga proses donor darah tersebut. Untunglah ketenangan dan kesabaran
suster tersebut bisa membuatku lebih tenang menjalaninya. Ternyata prosesnya
tak sesulit dan sakit seperti yang kubayangkan semula, walaupun……yach… sakit
sedikitlah ……..
Ada satu hal yang saya dapatkan setelah
proses ini. Yach…. kegembiraan dan kepuasan yang luar biasa yang saya alami
saat itu. Saya bisa mengatasi ketakutan saya terhadap jarum suntik yang Insya
Allah tak akan menghantui diri ini lagi. Kemudian kepuasan ketika saya bisa
ikut ambil bagian, walaupun saya tidak sendiri untuk menyelamatkan nyawa orang
lain.
Sahabat…… saya menceritakan ini bukanlah
bermaksud untuk membanggakan diri, saya juga tak akan menganggap diri ini
sebagai pahlawan buatnya. Justru saya merasa orang tersebut telah menjadi
penghubung atau perantara atas ujian yang harus saya hadapi itu. Saya hanya
ingin kita semua ikut menyadari bahwa betapa bahagianya jika kita berhasil
menaklukkan ketakutan dalam diri dan membuatnya menjadi berarti buat orang
lain.
Yach…. kita mungkin tidak perlu orang yang
kita kenal untuk kita bantu. Karena ujian yang akan kita hadapi, siapapun akan
bisa jadi perantaranya. Tidak lagi menjadi penting siapa yang akan kita
bantu…….. tapi apa yang bisa kita lakukan untuk kebaikan orang lain …… bukankah
itu yang lebih utama ?? ….
Satu bintang kecil di
penghujung malam
Ketika sang angin coba
menyejukkannya ………………
Romie,
Ketika ku masih memandang bintang itu ……
0 komentar:
Posting Komentar