TEMAN saya ini bernama Hamdani, dulu dapat dikategorikan sebagai perokok berat. Menurut ceritanya, dia mulai merokok sejak duduk dibangku SMA. Menurut dia, awalnya dia merokok hanya coba-coba bersama teman-teman sekolah.
Perlahan namun pasti, kemudian merokok menjadi kebiasaan yang tidak bisa dipisahkan dari hidupnya. Bahkan dalam anggapannya saat itu, boleh tidak makan berhari-hari dibandingkan dengan tidak boleh merokok. Maka jadilah dia seorang yang tidak lepas dari rokok. Bangun tidur tengah malam saja, pertama yang dia cari adalah rokok.
Tetapi kemudian, tiba-tiba dia merenung. Katanya, seperti datang ilham saat melihat bungkusan-bungkusan rokok berselewer di mana-mana di rumahnya. Melihat bungkus kosong itu, terpikirkan olehnya, berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk membeli rokok. Menurutnya seandainya uang untuk membeli rokok dia tabungkan, berapa banyak uang itu tersimpan.
Meskipun demikian, saat itu, keinginan untuk merokok masih lebih dominan maka diapun tidak berhenti merokok pula. Menurut dia, ada satu hikmah, meskipun belum mampu dia berhenti merokok, namun dia sudah mulai berpikir untuk bagaimana caranya menghentikan merokok. Meskipun perasaan merokok itu masih tidak bisa dibendung-bendung lagi.
Kemudian menurut dia, dia mengambil jalan tengah, yaitu dengan cara mengurangi merokok saja. Bila selama ini habis lima bungkus, maka kemudian dia kurangi volume merokoknya. Kebiasaan itu hanya terjadi beberapa hari saja, sebab hari-hari berikutnya dia kembali kepada keadaan biasa, lupa pada komitmen yang telah dia buat sendiri.
Kemudian pada suatu hari, ketika dia batuk, lalu dalam dahak yang keluar itu terlihat ada bintik-bintik merah. Ternyata, bintik-bintik merah itu adalah darah yang bercampur dengan dahak. Maka kemudian muncul kembali hasrat untuk berhenti merokok seperti yang pernah dia piker beberapa tahun yang lalu. Tetapi dia tidak tahu harus bagaimana? Karena sudah terbiasa merokok, bila sekali saja dia tidak menuruti keinginannya itu yang terjadi adalah air liurnya keluar sendiri dari mulut. Menurut dia, begitu besar rangsangan agar dia terus merokok. Ketika dia ceritakan pada orang lain, banyak yang menyarankan kurangi saja, pasti nanti kamu akan berhenti sendiri.
Memang dia pernah melakukan apa yang kebanyakan orang saran itu. Tetapi itu tidak membawa hasil yang baik. Bahkan, menurut dia, ketika saran itu dia lakukan maka rangsangan untuk merokok semakin menjadi-jadi.
Pada akhirnya, dia mengambil kesimpulan sendiri, satu-satunya cara untuk tidak merokok adalah tidak merokok sama sekali. Kemudian dengan semangat dan tekat yang mengebu-ngebu, maka dia praktekkan keinginannya itu. Satu minggu memang sangat tersiksa katanya. Bahkan dalam waktu satu minggu itu dia beli rokok hanya untuk mencium bau rokoknya saja. Apa yang terjadi kemudian, bulan pertama dia sudah bisa mengalahkan rangsangan untuk merokok. Maka sampai saat ini, dia tidak merokok lagi. Makanya, bila seseorang mau berhenti merokok SATU-SATUNYA CARA ADALAH DENGAN TIDAK MEROKO LAGI. Tidak perlu ada kiat-kiat tertentu (DJH).
Djamaluddin Husita
Kompasiana.com
Djamaluddin Husita
Kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar